Selasa, 21 Oktober 2008

Kuil Artemis di Efesus


Tugu pemujaan pertama bagi Artemis dibangun sekitar tahun 800 sebelum Masehi di daerah rawa sungai dekat Efesus. Kuil pertama bagi dewi kesuburan, alam dan perburuan, Artemis (disebut Diana oleh orang Romawi) terdiri dari sebagian batu keramat, kemungkinan meteorit. Kuil tersebut dihancurkan dan dibangun lagi beberapa kali sampai pada tahun 550 sebelum Masehi, seorang raja dari Lydia, Croesus menguasai Efesus dan beberapa kota Yunani di Asia Kecil. Pada penyerangan itu, kuil tersebut hancur.

Croesus membuktikan dirinya bijaksana dengan membiayai pembangunan kembali kuil tersebut. Ada beberapa versi yang menyatakan siapa sebenarnya arsitek perancang kuil tersebut. Satu sumber mengatakan arsitek kuil ini adalah Theodorus, yang lain mengatakan Chersiphron.

Kuil ini panjangnya 300 kaki (100 m) dan lebarnya 150 kaki (50 m) dengan luas 4 kali dari luas kuil sebelumnya. Sampai tahun 356 sebelum Masehi kuil ini menjadi kebanggaan Efesus. Di tahun tersebut, seorang pemuda Efesus bernama Herostratus membakar habis kuil karena ingin mencatatkan namanya di sejarah. Penduduk Efesus yang berang mengeluarkan dekrit agar siapapun yang menyebut nama Herostratus akan dihukum mati. (Hampir pasti bahwa hukuman bagi Herostratus lebih berat daripada 'sekedar' hukuman mati. Dipanggang, mungkin?)

Tidak lama kemudian, masih di lokasi rawa-rawa yang sama, penduduk Efesus kembali mengupayakan pembangunan kuil yang akan menjadi kuil terakhir yang pernah berdiri di Efesus. Arsitek kuil Artemis terakhir sekaligus terbesar ini adalah Scopas dari Paros. Fondasinya dibuat dari arang berlapis bulu domba yang membentang sepanjang 430 kaki (130 m) dan selebar 260 kaki (80 m). Kuil ini dibuat sepenuhnya dengan bahan dasar marmer. Sebanyak 127 pilar dibangun tegak lurus atas fondasinya dan 36 diantaranya dihiasi ukiran figur-figur dewa dan menjadi rumah bagi karya seni besar seperti empat patung perunggu wanita Amazon. Pliny, sejarawan Romawi mengatakan kuil ini dibangun selama 120 tahun tetapi para ahli menduga mungkin hanya separuhnya. Konon, Alexander Agung juga ikut membiayai pembangunan kuil tersebut.

Tahun 262 adalah tahun terakhir seseorang dapat melihat kuil ini secara utuh karena tahun itu orang-orang Gothik datang dan menghancurkannya. Penduduk Efesus bersumpah akan membangunnya kembali, tetapi pada awal abad keempat sebagian penduduknya telah menjadi Kristen dan mulai melupakannya. Akhirnya tahun 401, St. John Chrysostom meruntuhkan sisa-sisa kuil yang masih berdiri.

Mercusuar Pharos di Alexandria


Dia menjadi saksi pendirian kota Alexandria dan membangun ibukotanya di sana. Di seberang pantai Alexandria terdapat sebuah pulau kecil : Pharos yang terhubung ke kota Alexandria melalui suatu jalur sehingga kota memiliki pelabuhan ganda.

Pembangunan mercusuar dilakukan oleh Ptolemy Soter sekitar tahun 290 sebelum Masehi dan selesai 20 tahun kemudian pada masa pemerintahan putranya, Ptolemy Philadelphus. Sostratus,seorang ahli ilmu ukur ternama menjadi arsiteknya tetapi detail konstruksi bangunannya dilaksanakan di Perpustakaan Alexandria. Mercusuar Pharos merupakan mercusuar pertama di dunia, dan menjadi bangunan tertinggi di dunia kala itu dengan pengecualian Piramida. Mercusuar ini digunakan untuk menandai pelabuhan, dengan api pada malam hari dan sinar matahari pada siang hari.

Mercusuar itu terdiri dari 3 bagian besar. Yang terbawah merupakan bujur sangkar setinggi 183 kaki, di atasnya merupakan menara oktagonal dengan panjang sisi 60 kaki dan tinggi 90 kaki. Yang teratas berupa lingkaran setinggi 24 kaki. Keseluruhan tingginya 384 kaki setara dengan bangunan modern 40 lantai. Di atapnya terdapat patung dewa laut Yunani, Poseidon. Beberapa catatan kuno yang akurat mengenai mercusuar ini banyak ditemukan seperti gambaran menara dan lapisan marmer putihnya, penjelasan mengenai fungsi cermin besar di puncak mercusuar yang merefleksikan cahaya sampai sejauh 100 mil pada siang hari. Konon cermin juga dapat mendeteksi dan membakar kapal musuh dari pantulan sinar sebelum kapal-kapal tersebut mencapai pesisir.

Ketika bangsa Arab menguasai Mesir dan memindahkan ibukota ke Kairo, mercusuar tersebut masih tetap berjaya walaupun cerminnya telah dihancurkan. Pada tahun 956 gempa bumi menghancurkan Alexandria dan mengakibatkan kerusakan kecil pada mercusuar. Kemudian beberapa gempa pada tahun 1303 dan 1323 berturut - turut menghancurkan mercusuar itu. Akhirnya tahun 1480 ketika Qaitbay, sultan Mameluke Mesir ingin membangun benteng untuk pertahanan, puing-puing marmer dan batu mercusuar dihancurkan untuk benteng.


Walaupun mercusuar itu tidak bertahan sampai sekarang, pengaruhnya sebagai kemajuan teknologi maritim saat itu sangat besar. Berbagai bangsa di daerah Mediterania meniru prototipe monumen tersebut. Saat ini kata Pharos berarti mercusuar dalam beberapa bahasa di Eropah.

Piramida Besar Cheops di Giza

Piramida Besar Cheops di Giza

Berbeda dengan pandangan umumnya, hanya Piramida Besar Cheops (Khufu) yang menjadi keajaiban dunia, bukan ketiga-tiganya di kompleks piramida di Giza. Piramida tersebut dibangun oleh Pharaoh dinasti IV yang bernama Khufu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi. Tradisi pembangunan piramida berawal dari pengembangan bangunan mastaba (platform) yang melapisi makam kekaisaran. Selanjutnya, penumpukan beberapa mastaba menjadi dasar pembangunan piramida, salah satunya piramida tingkat Raja Djoser di Saqqara, Mesir oleh arsitek terkenal, Imhotep.

Pembuatan Piramida Besar memakan waktu 20 tahun. Lokasi dipersiapkan, lalu blok batu diangkut dan ditempatkan. Pembungkus luar, yang lama kelamaan hilang terkikis, berguna untuk menghaluskan permukaan. Beberapa teori dikemukakan tentang bagaimana cara menempatkan blok-blok batu. Suatu teori menyatakan pembangunan jalur landai yang lurus maupun spiral selama pembuatan piramida. Jalur ini dilapisi lumpur dan air meringankan pemindahan blok - blok yang (mungkin) didorong atau ditarik sampai tempatnya. Teori lainnya menyebutkan penaruhan blok tersebut menggunakan pengungkit yang amat panjang dengan kaki bersudut sempit.

Sepanjang sejarah, piramida telah memancing imaginasi manusia. Selain pernah disebut "Lumbung Josef" dan "Bukit Firaun", piramida juga menjadi bagian sejarah ketika Napoleon menguasai Mesir tahun 1798. Napoleon mengatakan ""Soldats! Du haut de ces Pyramides, 40 siècles nous contemplent"(Prajurit! Dari puncak piramida-piramida ini, sejarah 40 abad sedang mengamati pertempuran kita).

Saat ini, lokasi Piramida Besar beserta piramida yang lain dan Sphinx menjadi daerah wisata dekat dataran tinggi Giza. Juga terdapat di daerah ini museum Kapal Matahari yang misterius, ditemukan tahun 1954 sebelah selatan piramida. Kapal tersebut dikatakan dipakai untuk membawa jasad Khufu menuju kediaman terakhirnya, dan dipercaya sebagai media transportasi menuju kehidupan setelah mati.